Jumat, 17 Agustus 2018

STUDI KASUS PADA NY. M DENGAN KEHAMILAN KEK


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal (Padila, 2014). Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Status  gizi  ibu  hamil  bisa  diketahui  dengan  mengukur  lingkar  lengan atas, bila kurang dari 23,5 cm maka ibu tersebut termasuk kekurangan energi kronis,  berarti  ibu  sudah  mengalami  keadaan  kekurangan  gizi  dalam  waktu lama,  bila  ini  terjadi  maka  kebutuhan  nutrisi  untuk  proses  perkembangan janin menjadi terhambat akibatnya melahirkan bayi  BBLR. Pada keadaan ini banyak ibu yang  meninggal  karena  perdarahan  (Depkes  RI,  2012).
Menurut data Dinkes Kota Palangka Raya tahu 2017 ada 191 ibu hamil mengalami KEK di Puskesmas Pahandut. Faktor  penyebab  langsung  kematian  ibu  di  Indonesia  didominasi  oleh perdarahan, preeklamsi, abortus, infeksi, dan anemia. Sedangkan faktor tidak langsung adalah pendidikan dan sosial ekonomi (SDKI, 2012).
Masalah gizi  muncul  akibat  masalah  ketahanan  pangan  di  tingkat  rumah  tangga, masalah  gizi  tidak  lagi  semata-mata  masalah  kesehatan  tetapi  juga  masalah kemiskinan dan masalah kesempatan kerja (Supriasa, 2012).
Peran bidan atau tenaga kesehatan memberikan KIE tentang kalori yang dibutuhkan ibu hamil ditambahkan  300  kalori/hari  dari  kebutuhan  biasanya.  Energi  yang diberikan  tinggi  berfungsi  untuk  menyediakan  energi  yang  cukup  agar protein  tidak  dipecah menjadi  energi.  Tambahan  energi dapat diperoleh dari  nasi,  roti,  jagung,  ubi,  kentang,  sayuran dan  sebagainya.  Protein  yang  dikonsumsi sebaiknya  yang  mempunyai  nilai  biologis  tinggi,  misalnya  daging,  susu, telur,  keju,  produk  susu  dan  ikan.  Tambahan  protein  diperlukan  untuk pertumbuhan  janin,  yaitu  untuk  membentuk  otot,  kulit,  rambut  dan  kuku (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Menurut  penelitian  yang  dilakukan  Oktaviana  dan  Patonah  (2010), ada hubungan antara status ekonomi dengan kurang energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Semakin tinggi status ekonomi seseorang semakin mudah orang tersebut  dalam  memenuhi  kebutuhan  makan  sehari-hari,  begitu  juga sebaliknya  semakin  rendah  status  ekonomi  seseorang  secara  tidak langsung  akan  mempengaruhi  pendapatan  serta  mempengaruhi terpenuhinya  kebutuhan  gizi  selama  hamil.  Berdasarkan dari data tersebut diatas, penulis tertarik untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan Studi Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. M GIV PII AI Usia Kehamilan 29 Minggu dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut kota Palangka Raya

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan, yaitu bagaimana asuhan kebidana pada ibu hamil Ny. M GIV PII AI Usia Kehamilan 29 Minggu dengan Kekurangan Energi Kronis

1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan ibu hamil pada Ny. M umur 32 tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya dengan 7 langkah Varney

1.3.2        Tujuan Khusus
a.       Diharapkan mahasiswa mampu:
1)   Melakukan pengkajian (data subjektif dan data objektif) pada ibu hamil Ny. M umur 32 tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut Kota Palangkaraya.
2)   Menginterpretasikan data pada ibu hamil Ny. M umur 32 tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut Kota Palangkaraya.
3)   Merumuskan diagnosa potensial pada ibu hamil Ny. M umur 32 tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut Kota Palangkaraya.
4)   Tindakan segera pada ibu hamil Ny. M umur 32 tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut Kota Palangkaraya.
5)   Menyusun rencana tindakan pada ibu hamil Ny. M umur 32 tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut Kota Palangkaraya.
6)   Melaksanakan rencana tindakan pada ibu hamil Ny. M umur 32 tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut Kota Palangkaraya.
7)   Mengevaluasi tindakan pada ibu hamil Ny. M umur 32 tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut Kota Palangkaraya.
b.      Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan tentang ibu hamil dengan kekurangan energi Kronis

1.4  Manfaat
1.4.1        Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan faktor resiko kek (lila <23,5).


1.4.2        Bagi Institusi Kesehatan
Sebagai bahan kepustakaan mahasiswi Stikes Eka Harap Palangka Raya mengenai asuhan kebidanan terutama pada ibu dengan KEK.
1.4.3        Bagi Puskesmas
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan KEK selanjutnya yang lebih baik di masa yang akan datang.

























BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1    Konsep Teori
2.1.1        Definisi ANC
Antenatal care atau pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan  dan  masa  nifas,  sehingga  keadaan  mereka  post  partum  sehat  dan normal (Padila, 2014). Kunjungan antenatal care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak wanita merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal (Padila, 2014).
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan (Saifudin, 2010).
2.1.2        Tujuan  Antenatal Care (ANC)
Tujuan antenatal care memantau kehamilan dapat membantu memastikan ibu dan janin dalam kandungan keadaan baik dan mendeteksi dini terjadi komplikasi pada ibu selama hamil (Saifuddin, 2010).
Menurut Depkes RI (2010), pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pelayanan perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal care yang sudah ditetapkan. Sedangkan tujuan pelaksanaan pelayanan antenatal antara lain:
1.    Memantau kemajuan kehamilan serta memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
2.    Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta janin
3.      Mengenali secara dini kelainan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil
4.      Mempersiapkan persalinan cukup bulan; melahirkan dengan selamat dan mengurangi sekecil mungkin terjadinya trauma pada ibu dan bayi
5.      Mempersiapkan ibu untuk menjalani masa nifas dan mempersiapkan pemberian asi eksklusif
6.      Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran dan tumbuh kembang bayi.
2.1.3        Standar Pelayanan Antenatal Care (ANC)
Pemeriksaan kunjungan ulangan yaitu setiap kunjungan pemeriksaan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan pemeriksaan antenatal pertama. Kunjungan ulangan lebih diarahkan untuk mendeteksi komplikasi, mempersiapkan kelahiran, dan mendeteksi kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik yang terarah serta 14 penyuluhan bagi ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan yaitu anamnesa tentang keluhan utama, pemeriksaan umum, obstetrik, laboratorium, imunisasi TT bila perlu, pemberian obat rutin khusus dan penyuluhan (Depkes RI, 2010).
Standar  asuhan minimal kehamilan termasuk dalam "14T".
1)   Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ).
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung dari Trimester I sampai Trimester III yang berkisar antara 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai Trimester II. Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan. Ada rumus tersendiri untuk menghitung IMT yakni :
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm))2


Berikut adalah tabel klasifikasi nilai IMT
Kategori
IMT
Rekomendasi (kg)
Rendah
< 19,8
12,5 – 18
Normal
19,8 – 26
11,5 – 16
Tinggi
26 -29
7 – 11,5
Obesitas
> 29
≥ 7
Gameli
-
16 – 20,5
Menurut Prawirohadjo (2013), Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan bertahap, bukan mendadak dan drastis. Pada trimester II dan III perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan 0,4 kg. Perempuan dengan gizi kurang 0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan optimal, yaitu:
a.       20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg
b.      20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
c.       Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg.
2)   Ukur Tekanan Darah (T2)
Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung. Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal 110/80 - 120/80 mmHg
3)   Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.
4)   Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Zat besi ini penting untuk mengkompensasi penigkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin.
5)   Pemberian Imunisasi TT (T5)
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
6)   Pemeriksaan Hb (T6)
Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talquis dan dengan cara Sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil
7)   Pemeriksaan Protein urine (T7)
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3% ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema. Pemeriksaan protein urin ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia.
8)   Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T8)
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory  (VDRL) adalah untuk mengetahui adanya treponema pallidum/ penyakit menular seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan kepada ibu hamil yang pertama kali datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila hasil tes dinyatakan postif, ibu hamil dilakukan pengobatan/rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah kematian janin pada kehamilan < 16 minggu, pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan premature, cacat bawaan.
9)   Pemeriksaan urine reduksi (T9)
Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes Melitus Gestasioal. Diabetes Melitus Gestasioal pada ibu dapat mengakibatkan adanya penyakit berupa pre-eklampsia, polihidramnion, bayi besar.
10)  Perawatan Payudara (T10)
Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.
11)  Senam Hamil (T11)
Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam mempersiapkan persalinan. Adapun tujuan senam hamil adalah memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan latihan-latihan kontraksi dan relaksasi.
12)  Pemberian Obat Malaria (T12)
Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga kepada ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif. Dampak atau akibat penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapt terjadi abortus, partus prematurus juga anemia.
13)  Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)
Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang manusia.
14)  Temu wicara / Konseling ( T14 ).(Pantiawati & Suryono, 2010).
2.1.4        Jadwal Kunjungan Asuhan Antenatal Care (ANC)
Melakukan ante natal care sesuai jadwal berfungsi untuk mengetahui data kesehatan meliputi ibu hamil dan perkembangan janin di dalam rahim. (Manuaba, 2010).
Menurut Saifuddin, 2010 Kunjungan antenal dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan meliputi :
a.       1 kali kunjungan saat trimester pertama
b.      1 kali kunjungan saat trimester kedua
c.       2 kali kunjungan saat trimester ketiga
Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester meliputi: trimester pertama usia kehamilan sampai 12 minggu, trimester kedua usia kehamilan 13-27 minggu, dan trimester 3 usia kehamilan 28-40 minggu (Prawirohardjo, 2011).
Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin terhadap perlindungan ibu hamil dan janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes RI, 2013).
2.1.5        Definisi KEK
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (Kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Helena, 2013).
Menurut Depkes RI (2007) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).
2.1.6        Etiologi KEK
Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang Kronis disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya. Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh (Helena, 2013)
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya yaitu meliputi:
a.    Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :
1)        Terus menerus merasa letih
2)        Kesemutan
3)        Muka tampak pucat
4)        Kesulitan sewaktu melahirkan
5)        Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi
b.    Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin
1)        Keguguran
2)        Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
3)        Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya kecerdasaan anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)
4)        Kematian bayi
c.    Akibat KEK pada saat pesalinan
1)        Persalinan sulit dan lama
2)        Perdarahan
3)        Persalinan sebelum waktunya (Premature) (Helena, 2013)

2.1.7        Patofisiologis
Kebutuhan nutrisi meningkat selama hamil. Masukan gizi pada ibu hamil sangat menentukan kesehatannya  dan  janin  yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan berbeda dengan masa sebelum hamil, peningkatan kebutuhan gizi hamil sebesar 15%, karena dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim, payudara, volume darah, plasenta, air ketuban, dan pertumbuhan janin (Lubis, 2013).
Di dalam  kehamilan  kebutuhan  akan  zat-zat  makanan bertambah  dan  terjadi  perubahan-perubahan  anatomi  fisiologi. Tambahan zat besi diperlukan sekitar 800 mg untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan pembentukan sel darah merah pada janin dan plasenta (Wiknjosastro, 2012). Cakupan gizi pada ibu hamil dapat diukur dari kenaikan berat badan ibu hamil tersebut. Kenaikan berat badan ibu hamil antara 6,5 kg sampai 16,5 kg, rata-rata 12,5 kg. Terutama terjadi dalam kehamilan 20 minggu terakhir (Winknjosastro, 2012)
2.1.8        Tanda dan Gejala KEK
1)   Tanda-tanda KEK menurut Sediaoetomo (2012), meliputi:
a)      Lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm.
b)      Badan Kurus (BB tidak sesuai dengan tinggi badan)
c)      Turgor kulit kering
d)     Conjungtiva pucat
e)      Tensi kurang dari 100 mmHg
f)       Hb kurang dari normal (<11gr%)
2)   Gejala KEK menurut Winkjosastro (2012), meliputi:
a)      Nafsu makan kurang
b)      Mual
c)      Badan lemas
d)     Mata berkunang-kunang


2.1.9        Faktor-faktor yang mempengaruhi KEK
1)      Faktor Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, pembuatan dan cara mendidik. Kemahiran menyerap pengetahuan akan meningkat sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya.
2)        Faktor Biologis
a.         Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu, Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik.
b.        Jarak Kehamilan
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin yang dikandung.
3)      Faktor Pola Konsumsi
Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri yaitu upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Pola konsumsi ini juga dapat mempengaruhi status kesehatan ibu, dimana pola konsumsi yang kurang baik dapat menimbulkan suatu gangguan kesehatan atau penyakit pada ibu.
4)      Faktor Perilaku
Faktor perilaku ini terdiri dari kebiasaan yang sering dilakukan ibu diantaranya yaitu kebiasaan merokok dan mengkonsumsi cafein. Kafein adalah zat kimia yang berasal dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan system syaraf. Kafein bukan merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, karena efek yang ditimbulkan kafein lebih banyak yang negative daripada positifnya, salah satunya adalah gangguan pencernaan. Dengan adanya gangguan pencernaan maka akan menghambat penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan janin
2.1.10    KEK Pada Ibu Hamil
Kondisi kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan resiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran premature, kematian pada ibu dan bayi baru lahir, gangguan pertumbuhan anak, dan gangguan perkembangan otak. Tidak jarang kondisi KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu (Manuaba, 2010).
Malnutrisi bukan hanya melemahkan fisik dan membahayakan jiwa ibu, tetapi juga mengancam keselamatan janin. Ibu yang berisikeras hamil dengan status gizi buruk, berisiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah 2-3 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan status gizi baik.  Kebutuhan gizi pada  ibu hamil meliputi:
1)        Energi
Dihasilkan dari karbohidrat, protein dan zat patinya. Kebutuhan energi  dihitung secara individu kemudian ditambah dengan tambahan energi untuk ibu hamil sesuai dengan usia kehamilan. Penambahan energi :
a.    Trimester I         :  100 kalori
b.    Trimester II       : 300 kalori untuk pemekaran jaringan ibu (peningkatan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, penumpukan lemak)
c.    Trimester III : 300 kalori untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
2)        Protein
Ibu hamil membutuhkan protein lebih banyak dari biasanya. Protein hewani lebih besar di bandingkan protein nabati. Ibu hamil minimal mengkonsumsi 17 gram protein/hari. Total kebutuhan protein tidak lebih dari 15% kebutuhan energi. Jenis protein dengan nilai tinggi antara lain: daging, ikan, telur, tahu, tempe, kacang-kacangan, biji-bijian, susu, yogurt, dll.
3)        Vitamin
Ada beberapa jenis vitamin yang penting untuk ibu hamil. Jika ibu hamil sampai kekurangan vitamin, pembentukan sel-sel tubuh anak akan berkurang. Anak dapat kurang darah, cacat bawaan, kelainan bentuk, bahkan ibu dapat keguguran. Vitamin yang dibutuhkan ibu hamil adalah B6, C, A, D, E dan K
4)        Kalsium
Kalsium Sangat penting karena dibutuhkan untuk pembentukan tulang. Apabila kekurangan kalsium, bayi yang dikandung akan menderita kelainan tulang dan gigi. Dibutuhkan untuk pertumbuhan janin sekitar 250mg/hari dan untuk persediaan si ibu. Sumber utama: susu ibu hamil
5)        Fosfor
Mineral ini dapat diperoleh dari makanan sehari – hari. Fosfor berhubungan erat dengan kalsium. Jika jumlahnya tidak seimbang di dalam tubuh, dapat terjadi gangguan. Gangguan yang paling sering adalah kram pada tungkai kaki
6)        Zat Besi
Sel darah merah ibu hamil bertambah sampai 30mg/hari. Berarti, ibu hamil membutuhkan tambahan 700 – 800 mg zat besi. Kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat pada kehamilan trimester II dan III. Zat besi Berasal dari makanan & suplementasi tablet Fe. Defisiensi Fe lebih berpengaruh pada ibu yang akan menyebabkan kekurangan Hb dalam darah yang diperlukan untuk membawa O2 kepada janin dan sel ibu hamil.
7)        Yodium
Yodium cukup diperoleh dari air minum dan sumber bahan makanan laut.
Kebutuhan                : 200mikrogram/hari               
Sumber utama           : garam, makanan laut, air, sayur.
8)        Asam Folat
Asam folat dibutuhkan untuk pembentukan sel baru, membantu mengembangkan sel syaraf dan otak janin. Kebutuhannya 0,4 mg/hari Sumber asam folat adalah hati, sayuran, hijau, jeruk orange, kembang kol, kedelai/kacan-kacangan, roti, gandum, sereal, dll
9)        Zat Seng (Zinc)
Dari beberapa studi dilaporkan bahwa ibu hamil yang memiliki kadar zat seng rendah dalam makanannya berisiko melahirkan prematur dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Sedangkan suplementasi zat seng tidak didapatkan kejelasan mengenai keuntungan mengkonsumsi seng dalam jumlah yang lebih tinggi. Namun mengkonsumsi zat seng dalam jumlah cukup banyak merupakan langkah antisipatif yang dapat dilakukan. Zat seng dapat ditemukan secara alami pada daging merah, gandum utuh, kacang-kacangan,  dan beberapa sereal sarapan. Pada umumnya, wanita tidak membutuhkan tambahan suplemen (Manuaba, 2010)

2.1.11    Penanganan KEK Pada Ibu Hamil
1)        KIE tentang KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana menanggulanginya
2)        Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan penerapan Porsi Kecil tapi Sering, pada faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin.
3)        Konsumsi tablet Fe selama hamil.
4)        Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi proses hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah. Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian tablet Fe, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein hewani serta tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.
2.2  Konsep manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Trimester III Dengan Kekurangan Energi Kronis dalam 7 langkah varney
Dalam menerapkan manajemen kebidanan, seorang bidang harus lebih kritis dalam mengantisipasi diagnosis atau masalah yang mungkin muncul. Terkadang, bidan juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan masalah tertentu atau mungkin melakukan kolaborasi, konsultasi bahkan merujuk kliennya. Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7 langkah. Ia menambahkan langkah III agar bidan lebih kritis dalam mengantisipasi masalah yang mungkin akan dialami kliennya (Hj.Saminem,2010)
2.2.1    Langkah I : pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :
a.       Riwayat kesehatan
b.      Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
c.       Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d.      Meninjau data laboratorium dan membandingkanya dengan hasil studi
Pada tahap ini, bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dari berbagai sumber. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap tentang kondisi klien. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter, bidan akan melakukan konsultasi melalui upaya manajemen kolaborasi. Pada kondisi tertentu, langkah pertama dapat tumpang tindih dengan langkah ke-5 dan ke-6 (atau menjadi bagian langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Terkadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah ke-4 untuk memperoleh data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
2.2.2   Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada tahap ini, bidan mengidentifikasi diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien secara cepat berdasarkan interprestasi data yang akurat. Data dasar yang telah dikumpulkan kemudian di interprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Kata masalah dan diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan layaknya diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan yang tertuang dalam sebuah rencana asuhan bagi klien. Masalah sering kali berkaitan dengan pengalaman wanita yang diindentifikasi oleh bidan sesuai dengan arahan. Masalah ini sering kali menyertai diagnosis. Sebagai contoh, diperoleh diagnosis kemungkinan wanita hamil, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosis ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada trimester III merasa takut menghadapi proses persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam katagori “nomenklatur standar”, tetapi tentu akan menghadirkan masalah yang memerlukan pengkajian lebih lanjut dan perencanaan untuk mengurangi rasa takut tersebut.
2.2.3   Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Langkah ini membutuhkan upaya antisipasi, atau bila memungkinkan upaya pencegahan, sambil mengamati kondisi klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah ini sangat penting dalam memberikan asuhan yang aman bagi klien. Mari kita liat contoh kasus seorang wanita yang mengalami pemuaianuterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian yang berlebihan tersebut (mis., polihidramnion, besar dari masa kehamilan, ibu dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar). Kemudian, bidan harus melakukan langkah antisipasi dan membuat perencanaan untuk mengatasi kondisi tersebut dan bersiap-siap terhadap kemungkinan pendarahan pascapartum tiba-tiba akibat atonia uteri yang disebabkan pemuaian uterus yang berlebihan. Pada kasus persalinan dengan bobot bayi besar, bidan sebaiknya melakukan antisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan distosia bahu dan perlunya tindakan resusitasi.
Bidan sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kemih yang menyebabkan tingginya resiko kelahiran prematur atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium, dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kemih terjadi.
2.2.4   Langkah IV : Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Pada tahap ini, bidan mengidentifikasi perlu/tidaknya tindakan segera oleh bidan maupun oleh dokter, dan/atau kondisi yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan. Dengan kata lain, manajemen bukan hanya dilakukan selama pemberian asuhan primer berkala atau kunjungan pranatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, misalnya pada waktu persalinan.
Pada tahap ini, bidan dapat mengumpulkan dan mengevaluasi sejumblah data baru. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat yang mengharuskan bidan mengambil tindakan segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (mis, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang dikumpulkan, akan terlihan mana situasi yang memerlukan tindakan segera dan mana yang harus menunggu intervensi  dari dokter (mis., prolaps tali pusat). Situasi lainnya bisa saja bukan merupakan kondisi kegawatan, tetapi memerlukan konsultasi  atau kolaborasi bersama dokter. Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal pre-eklampsia, kelainan panggul, penyakit jantung, diabetes, atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu, seorang wanita mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi bersama dokter atau tim kesehatan lainya, seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa upaca konsultasi dan kolaborasi paling tepat dilakukan dalam manajemen asuhan kebidanan.

2.2.5   Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada tahap ini, bidan merencanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan menurut langkah-langkah sebelumnya. Tahap ini merupakan kelanjutan manajemen diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi sebelumnya, dan bidan dapat segera melengkapi informasi/data yang tidak lengkap.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti yang apa diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah yang berkaitan dengan kondisi sosial-ekonomi, budaya, atau psikologis.
Dengan kata lain, asuhan bagi wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan harus sudah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dank lien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh sebab itu, tugas bidan dalam tahap ini adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up-to-date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien. Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap dan bisa dianggap valid, sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.
2.2.6   Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (mis., memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam upaya kolaborasi bersama dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan menghemat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien
2.2.7   Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini, bidan mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini mencakup evaluasi tentang pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan masalah dan diagnosis yang telah teridentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif apabila memang telah dilaksanakan secara efektif. Bisa saja sebagian dari rencana tersebut telah efektif, sedangkan sebagian lagi belum. Mengingat manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu kontinum, bidang perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tersebut tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan. Langkah-langkah pada proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang memengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Proses manajemen tersebut berlangsung didalam tatanan klinis, dan dua langkah terakhir bergantung pada klien dan situasi klinik, oleh sebab itu, tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi hanya dalam bentuk tulisan saja




BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1    PENGKAJIAN DATA
Hari/Tanggal        : Selasa, 03 April 2018
Pukul                   : 09.15 WIB
3.1.1     Data Subektif
1.      IDENTITAS/BIODATA
Nama Ibu             : Ny. M                              Nama Suami        :  Tn. S
Umur                   : 32 Tahun                         Umur                   :  34 Tahun       
Suku/Bangsa        : Banjar/WNI                     Suku/Bangsa       : Banjar/WNI
Agama                 : Islam                                Agama                 :  Islam
Pendidikan          : SD                                   Pendidikan          : SD
Pekerjaan             : IRT                                  Pekerjaan             :  Swasta
Alamat Rumah    : Jl. Plamboyan                  Alamat Rumah    : Jl. Plamboyan
Tepon                   : 0853*****                      Telepon                : 0853******
2.      Kunjungan Ke- 4
3.      Alasan Kunjungan/keluhan utama:
Kontrol Kehamilan
4.      Riwayat Menstruasi
a.       Menarche                      :    12      tahun
b.      Siklus menstruasi          :    30      hari (teratur/tidak teratur)
c.       Lama                             :    4-5    hari
d.      Banyak darah                :    2-3 kali ganti pembalut
e.       Konsistensi                   :    Encer
f.       Dymenorhea                 :    ya/tidak (sebelum/selama/sesudah menstruasi)
g.      Fluor albus                    :    ya/tidak (sebelum/selama/sesudah menstruasi)
h.      HPHT                           :    09 – September - 2017
i.        TPL                               :    16 – Juni – 2018
5.      Status Perkawinan
a.       Kawin                           :    ya/tidak           jika kawin berapa kali : 1
b.      Lama perkawinan         :    13        tahun
6.      Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
No
suami ke
Kehamilan
Persalinan
Nifas
Anak
KB
umur
Pnylit
Penol
Jenis
Tempt
pylt
penylt
JK
BB
PB
H/M
1
1
37
-
Dukun
Spt
Rumah
-
-
3600
50
H

2
1
20
-
Abortus
-
-
-
-
-
-
-
-

3
1
37
-
Dukun
Spt
Rumah
-
-
3400
49
H

4

H
A
M
I
L
I
N
I





7.      Riwayat Kehamilan Sekarang
a.       Hamil yang ke   4     dengan usia kehamilan            30        minggu.
b.      Gerak anak dirasakan pertama kali pada usia kehamilan      20        minggu
·         Selama hamil memeriksanakan kehamilan di PKM  berapa kali 4 kali        
·         Keluhan yang di rasakan selama hamil ini :
Trimester I                    : Mual
Trimester II                   : Ambien
Trimester III                 : Tidak ada
8.      Riwayat Kesehatan
Penyakit yang pernah atau sedang diderita:
Penyakit
Klien
Keluarga
Jantung
Tidak ada
Tidak ada
Hipertensi
Tidak ada
Tidak ada
Heper/hepatitis
Tidak ada
Tidak ada
Diabetes melitis
Tidak ada
Tidak ada
Anemia ringan/sedang/berat
Tidak ada
Tidak ada
PHS dan HIV/AIDS
Tidak ada
Tidak ada
Campak
Tidak ada
Tidak ada
Malaria
Tidak ada
Tidak ada
Tuberkulosis (TBC)
Tidak ada
Tidak ada
                Keturunan kembar  : Tidak ada
                Dari pihak siapa      : Tidak ada


9.      Riwayat Psikososial
a.       Kehamilan ini [ √ ] Direncanakan  [  ]Tidak direncanakan  [  ] diterima  [  ] tidak diterima
b.      Perasaan tentang kehamilan ini         : Senang
c.       Emosional ibu saat pengkajian          :  [ √ ] stabil     [   ] labil
d.      Jenis kelamin yang diharapkan         :  [ √ ]          [ √ ] ♂
e.       Susunan keluarga/genogram             :
Keterangan:
                                                                                          : Laki-laki
                                                                                          : Perempuam
                                                                                          : Garis Keturunan
                                                                                          : Tinggal Satu rumah
                                                                                          : Pasien
    ?                                               ?     : Janin
                                                            : Meninggal
f.       Perilaku kesehatan                            :   Merokok      [   ] ya              [ √ ] tidak
Alkohol        [   ] ya              [ √ ] tidak
Narkoba       [   ] ya              [ √ ] tidak
Obat/jamu    [   ] ya              [ √ ] tidak
g.      Ibadah/spiritual                                 :   Patuh/tidak patuh
h.      Tempat dan petugas yang diinginkan untuk bersalin : PKM
10.  Riwayat KB
[ √ ] pernah                      [  ] belum pernah
Mulai KB                        :    -                      Jenis KB              : PIL
Lama Memakai                :    -                      Kapan Berhenti   :   -
Alasan Berhenti               :    -
11.  Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.       Pola nutrisi
Makanan
Sebelum hamil     : 2-3x/hari        Menu: Nasi, lauk, pauk
Selama hamil       :  3x/hari          Menu: Nasi, lauk, pauk

Minum
Sebelum hamil     : 7 Gelas/hari
Selama hamil       :  7-8 Gelas/hari
b.      Pola Eliminasi
BAK
Sebelum hamil     :  ± 3x/hari       warna    : Kuning jernih
Selama hamil       :  ± 3 x/hari      warna    :  Kuning jernih
BAB
Sebelum hamil     : 1x/hari    warna     : Kecoklatan
Selama hamil       :  1x/hari   warna     : Kecoklatan
c.       Pola istirahat dan tidur
Sebelum hamil     : Tidur siang : 1-2 jam/hari          Tidur malam    : 6-7 jam/hari
Selama hamil       :  Tidur siang : ± 1  jam/hari        Tidur malam    : ± 7 jam/hari
d.      Pola katifitas
Sebelum hamil     : Mengerjakan pekerjaan rumah
Selama hamil       : Mengerjakan pekerjaan rumah
e.       Personal Hygiene
Mandi                  :  2    x/hari                 Keramas                   :  1             x/hari
Gosok gigi           :  2    x/hari                 Ganti pakaian dalam :   3-4         x/hari
f.       Seksualitas           : Tidak dikaji
12.  Riwayat Imunisasi
Imunisasi : TT           : [√ ] pernah                [  ] belum pernah
Tanggal    : TT I   :             TT 2 :            TT3 :               TT4 :             TT5 :

3.1.2     DATA OBJEKTIF
1.      Pemeriksaan umun
a.    Kesadaran                                   : Composmentis
b.    Tekanan darah                             : 110/70      mmHg
c.    Suhu                                            : 36,6          OC
d.   Nadi                                            : 82             x/menit
e.    RR                                               : 22             x/menit
f.     BB (Pertama Periksa)                  : 42             Kg
g.    BB (Kunjungan ke-2)                 : 44             Kg
h.    BB (Kunjungan ke-3)                 : 47             Kg
i.      BB (Saat Periksa)                        : 47             Kg
j.      TB                                               : 146           cm
k.    Lingkar lengan atas                     : 22             cm
2.      Pemeriksaan Khusus
a.    Kepala                      : Warna hitam, bersih, distribusi merata
b.    Muka                        : Tidak oedem, tidak pucat
c.    Mata                         : Conjungtiva merah muda, sklera putih
d.   Mulut dan gigi         : Tidak ada Karies
e.    Hidung                     : Simetris, tidak ada Secret
f.     Telinga                     : Simetris, tidak ada Serumen, kemampuan pendengaran baik
g.    Leher                        : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran KGB.
h.    Axila                        : Tidak ada pembesaran KGB
i.      Dada                        : Pergerakan dada reguler
j.      Abdomen                 : Tidak ada bekas luka operasi, linea nigra, striae tidak ada
Leopold I                 : TFU 3 jari diatas pusat (28 cm) bagian fundus teraba lunak, kurang bundar, kurang melenting (bokong)
Leopold II                : Bagian kanan perut  ibu teraba keras memanjang seperti papan (Pu-ka)
Leopold III              : Bagian bawah ibu  teraba keras, bundar, melenting (kepala) kepala belum masuk PAP
Leopold IV              : kepala belum masuk PAP (konvergen) 5/5
TBBJ                        : 2480 gram
DJJ                           : 142 x/Menit
Pembesaran Liver     : Tidak ada
Pembesaran Limpa   : Tidak ada
k.      Genetalia                  : Tidak diperiksa
l.        Anus                         : Tidak diperiksa
m.    Ekstrimitas               : Tidak ada oedem, Refleks patella +/+
n.      Punggung                 : Normal
3.      Pemeriksaan Laboratorium
a.         Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal    : 03 – 04 - 2018
Darah       :  Golongan darah       : O
                    HB                           : 8,1 g/dl
Urine        :  protein Urine           : (-)
                   Glukosa urine           : Normal
b.       Pemeriksaan penunjang lainnya   :
HbsAg    : Non reaktif
Syhfilis   : Non reaktif

3.2    INTERPRETASI DATA
1.      Data subjektif (Ds)
-       Kontrol Kehamilan
-       Hamil anak ke empat dan pernah keguguran
-       HPHT 09 – 09 - 2017
2.      Data Objektif (Do)
-       K/u               : Baik                   BB  : 47 kg          LILA: 22 cm
-       Kesadaran    : Composmentis   TB  : 146 cm        TPL: 16 – 06 - 2018
-       TTV              : TD  : 110/70 mmHg             R  : 22x/menit
                             N    : 82x/menit                    S   : 36,6 °C
-       Wajah           : Tidak odem, tidak pucat
-       Mata             : Conjungtiva merah muda, sklera putih
-       Abdomen     :
-  Leopold I   : TFU 3 jari diatas pusat (28 cm) bagian fundus teraba lunak, kurang bundar, kurang melenting (bokong)
-  Leopold II  : Bagian kanan perut  ibu teraba keras memanjang seperti papan (Pu-ka)
-  Leopold III       : Bagian bawah ibu  teraba keras, bulat, melenting (kepala) kepala belum masuk PAP
-  Leopold IV       : kepala belum masuk PAP (konvergen)
-  DJJ             : 142 x/menit
-       TBBJ            : 2480 gram
-       Ekstremitas   : Refleks Patella +/+
3.      Diagnosa (Dx)
GIV PII AI hamil 29 Minggu dengan Kekurangan Energi Kronis

3.3    DIAGNOSA POTENSIAL
Bahaya bagi janin
-     BBLR
-     Prematur
-     Kelainan Janin
-     Kematian bayi
Bahaya Bagi ibu
-       Terus menerus merasa letih
-       Pesalinan lama dan sulit
-       Air susu yang keluar tidak cukup
-       Perdarahan saat melahirkan

3.4    TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter
KIE Pemberian makan tambahan supaya kebutuhan gizi ibu dan janin tercukupi

3.5    INTERVENSI
1.      Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu
2.      Beritahu tentang KEK kepada ibu
3.      Beritahu ibu tentang makanan yang bergizi selama kehamilan
4.      Anjurkan ibu istirahat yang cukup
5.      Beritahu ibu tentang bahaya kehamilan trimester III
6.      Beritahu ibu tentang bahaya saat persalinan pada ibu hamil dengan KEK
7.      Anjurkan ibu bersalin ditenaga kesehatan
8.      Berikan roboransia
9.      Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau sewaktu-waktu jika ada keluhan


3.6    IMPLEMENTASI
1.        Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu yaitu:
TTV:   TD: 110/70 mmHg        N: 82x/m      R: 22x/m      S: 36,6 °C
LILA: 22 cm
Keadaan janin baik DJJ 142x/menit, keadaan ibu dengan KEK
2.        Memberitahu ibu tentang KEK yaitu salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (Kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu ditandai dengan ukuran LILA < 23,5 cm
3.        Menganjurkan ibu untuk makan 3x sehari dalam porsi sedikit tapi sering serta makan makanan bergizi seperti buah dan sayur,banyak minum dan mengurangi konsumsi daging, ikan, telur, tahu, tempe, kacang-kacangan, biji-bijian, susu, dll. Agar terjadi penambahan berat badan dan penambahan ukuran LILA
4.        Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas yang bisa membuat ibu kelelahan
5.        Memberitahu tanda bahaya kehamilan Trimester III yaitu perdarahan, janin tidak bergerak, bengkak pada wajah, kaki dan tangan, sakit kepala hebat, ketuban pecah sebelum waktunya.
6.        Memberitahu bahaya saat persalinan pada ibu hamil dengan KEK yaitu bisa terjadi perdarahan, lahir prematur, BBLR, persalinan lama dan sulit, lahir bayi dengan cacat bawaan.
7.        Menganjurkan ibu untuk bersalin di tenaga kesehatan yaitu di puskesmas, di bidan praktik ataupun di rumah sakit
8.        Memberikan roboransia yaitu, tablet Fe 500 mg 1 x 1, vit C 250 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1 tablet dan beritahu cara minumnya.
9.        Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi atau jika ada keluhan



3.7    EVALUASI
1.        Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2.        Ibu mengerti tentang KEK
3.        Ibu mengerti tentang makanan yang bergizi selama kehamilan. 
4.        Ibu bersedia istirahat yang cukup
5.        Ibu mengetahui tanda bahaya trimester III
6.        Ibu mengetahui bahaya saat persalinan pada ibu hamil dengan KEK
7.        Ibu bersedia bersalin di tenaga kesehatan
8.        Ibu sudah merima reboransia
9.        Ibu bersedia kunjungan ulang atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.




CATATAN PERKEMBANGAN 1
Hari/Tanggal
Catatan Perkembangan
04 April 2018
S   : Tidak ada keluhan
O  : K/u: Composmentis
       TD     : 110/70 mmHg
       N        : 80x/menit
       RR     : 22x/menit
       S        : 36,4°C
       LILA : 22 cm
-       Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih
-       Leher : Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
-       Abdomen :
-       LI    : TFU 3 jari diatas pusat (28 cm) bagian fundus teraba lunak, kurang bundar, kurang melenting (bokong)
-        LII    : Bagian kanan teraba keras, memanjang seperti papan (Pu-Ka)
-       LIII   : Bagian bawah ibu  teraba keras, bulat, melenting (kepala)
-       LIV   : Kepala belum masuk PAP (konvergen)
A   : Ny. M usia 32 tahun GIVPIIAI UK 29 Minggu dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK)
P   :
1.  Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
E/ Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2.  Menjelaskan kepada ibu tentang makan makanan yang bergizi
E/ Ibu mengerti tentang makan makanan yang bergizi
3.  Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya pada trimester III
E/ Ibu mengerti tentang tanda bahaya trimester III
4.  Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau jika ada keluhan ke puskesmas
E/ Ibu bersedia kunjungan ulang ke puskesmas



CATATAN PERKEMBANGAN 2
Hari/Tanggal
Catatan Perkembangan
06 April 2018
S   : Tidak ada keluhan
O  : K/u: Composmentis
       TD     : 110/60 mmHg
       N       : 80x/menit
       RR     : 22x/menit
       S        : 36,4°C
       LILA : 22,5 cm
-       Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih
-       Leher : Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
-       Abdomen :
-       LI    : TFU 4 jari diatas pusat (29 cm) bagian fundus teraba lunak, kurang bundar, kurang melenting (bokong)
-        LII    : Bagian kanan teraba keras, memanjang seperti papan (Pu-Ka)
-       LIII   : Bagian bawah ibu  teraba keras, bulat, melenting (kepala)
-       LIV   : Kepala belum masuk PAP (konvergen)
A   : Ny. M usia 32 tahun GIVPIIAI UK 30 Minggu dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK)
P   :
1.      Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
E/ Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2.       Memberitahu ibu tentang KEK
E/ Ibu mengerti tentang KEK
3.      Menjelaskan kepada ibu tentang makan makanan yang bergizi
E/ Ibu mengerti tentang makan makanan yang bergizi
4.      Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya pada trimester III
E/ Ibu mengerti tentang tanda bahaya trimester III
5.      Menjelaskan kepada ibu tentang bahaya persalinan pada ibu hamil dengan KEK
E/ Ibu mengerti tentang bahaya persalian pada ibu hamil dengan KEK
6.      Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau jika ada keluhan ke puskesmas
E/ Ibu bersedia kunjungan ulang ke puskesmas


















CATATAN PERKEMBANGAN 3
Hari/Tanggal
Catatan Perkembangan
11 April 2018
S   : Tidak ada keluhan
O  : K/u: Composmentis
       TD     : 110/60 mmHg
       N       : 80x/menit
       RR     : 22x/menit
       S        : 36,3°C
       LILA : 22,5 cm
-       Mata : Conjungtiva pucat, sklera putih
-       Abdomen :
-       LI    : TFU 4 jari diatas pusat (29 cm) bagian fundus teraba lunak, kurang bundar, kurang melenting (bokong)
-        LII    : Bagian kanan teraba keras, memanjang seperti papan (Pu-Ka)
-       LIII   : Bagian bawah ibu  teraba keras, bulat, melenting (kepala)
-       LIV   : Kepala belum masuk PAP (konvergen)
-       DJJ  : 145
A   : Ny. M usia 32 tahun GIVPIIAI UK 30 Minggu dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK)
P   :
1.      Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
E/ Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2.       Memberitahu ibu tentang KEK
E/ Ibu mengerti tentang KEK
3.      Menjelaskan kepada ibu tentang gizi seimbang untuk ibu hamil
E/ Ibu mengerti tentang gizi seimbang bagi ibu hamil
4.      Menjelaskan kepada ibu tentang bahaya persalinan pada ibu hamil dengan KEK
E/ Ibu mengerti tentang bahaya persalinan pada ibu hamil dengan KEK
5.      Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan pada trimester III
E/ Ibu mengerti tentang tanda bahaya kehamilan trimester III
6.      Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau jika ada keluhan ke puskesmas
E/ Ibu bersedia kunjungan ulang ke puskesmas



















BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data subyektif yang diperoleh dari Ny. M usia 32 tahun GIVPIIAI dan dari hasil pemeriksaan fisik didapat LILA 22,5 cm, conjungtiva merah muda, TD 110/60 mmHg, berat badan 47 kg. Implementasi yang dilakukan ada tanggal 11 april 2018 pukul 10.30 WIB yaitu memberikan KIE kepada ibu tentang KEK, tentang gizi seimbang untuk ibu hamil, tentang bahaya persalinan pada ibu hamil dengan KEK, tentang tanda bahaya kehamilan pada trimester III dan menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau jika ada keluhan ke puskesmas.
Kekurangan Energi Kronis adalah keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Helena, 2013). Ibu hamil diketahui menderita KEK dilihat dari pengukuran LILA, adapun batas LILA ibu hamil dengan resiko KEK di Indonesia adalah kurang dari 23,5 cm (Depkes RI, 2012). Penanganan pada kasus KEK yaitu KIE tentang KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana menanggulanginya, pemberian makanan tambahan, konsumsi tablet Fe selama hamil serta suplemen vitamin dan zat besi.
Sehingga telah didapatkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek karena pemeriksa telah memberikan KIE kepada ibu tentang KEK, tentang gizi seimbang, dan ibu juga telah mendapatkan makanan tambahan dari puskesmas, pada kunjungan pertama tanggal 03 april 2018 ibu telah mendapatkan tablet Fe, Vit C, Kalk, dan masih diminum sampai sekarang.








BAB V
PENUTUP
5.1  Simpulan
1.      Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa GIVPIIAI usia kehamilan 30 minggu dengan KEK.
2.      Dari diagnosa tersebut pemeriksa memberikan KIE pada Ny. M yaitu tentang kekurangan energi kronis (KEK), Gizi seimbang ibu hamil, bahaya yang akan terjadi pada saat persalinan, tanda bahaya TM III, serta menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang.
5.2  Saran
1.    Bagi mahasiswa kebidanan
Agar penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai standar profesi kebidanan dan dapat mengatasi kesenjangan yang terkadang timbul antara teori yang di dapat diperkuliahan dengan praktik yang nyata di lahan serta dapat mengaplikasikan teori yang didapat dengan perkembangan ilmu kebidanan terbaru.
2.    Bagi Puskesmas
Untuk bidan maupun tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat memberikan asuhan yang menyeluruh serta mendeteksi kelainan secara dini dan mencegah terjadinya komplikasi dalam masa kehamilan.
5.3  Bagi Institusi
Agar institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan yang telah didapat dengan mempraktekkan dan menerapkannya pada pasien klien secara langsung.