BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemeriksaan
kehamilan (Antenatal Care) merupakan
pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum
sehat dan normal (Padila, 2014). Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu
penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Status gizi
ibu hamil bisa
diketahui dengan mengukur
lingkar lengan atas, bila kurang
dari 23,5 cm maka ibu tersebut termasuk kekurangan energi kronis, berarti
ibu sudah mengalami
keadaan kekurangan gizi
dalam waktu lama, bila
ini terjadi maka
kebutuhan nutrisi untuk
proses perkembangan janin menjadi
terhambat akibatnya melahirkan bayi
BBLR. Pada keadaan ini banyak ibu yang
meninggal karena perdarahan
(Depkes RI, 2012).
Menurut
data Dinkes Kota Palangka Raya tahu 2017 ada 191 ibu hamil mengalami KEK di
Puskesmas Pahandut. Faktor penyebab langsung
kematian ibu di
Indonesia didominasi oleh perdarahan, preeklamsi, abortus,
infeksi, dan anemia. Sedangkan faktor tidak langsung adalah pendidikan dan
sosial ekonomi (SDKI, 2012).
Masalah gizi muncul
akibat masalah ketahanan
pangan di tingkat
rumah tangga, masalah gizi
tidak lagi semata-mata
masalah kesehatan tetapi
juga masalah kemiskinan dan
masalah kesempatan kerja (Supriasa, 2012).
Peran bidan atau tenaga kesehatan
memberikan KIE tentang kalori yang dibutuhkan ibu hamil ditambahkan 300
kalori/hari dari kebutuhan
biasanya. Energi yang diberikan tinggi
berfungsi untuk menyediakan
energi yang cukup
agar protein tidak dipecah menjadi energi.
Tambahan energi dapat diperoleh
dari nasi, roti,
jagung, ubi, kentang,
sayuran dan sebagainya. Protein
yang dikonsumsi sebaiknya yang
mempunyai nilai biologis
tinggi, misalnya daging,
susu, telur,
keju, produk susu
dan ikan. Tambahan
protein diperlukan untuk pertumbuhan janin,
yaitu untuk membentuk
otot, kulit, rambut
dan kuku (Adriani dan Wirjatmadi,
2012). Menurut penelitian yang
dilakukan Oktaviana dan
Patonah (2010), ada hubungan
antara status ekonomi dengan kurang energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Semakin
tinggi status ekonomi seseorang semakin mudah orang tersebut dalam
memenuhi kebutuhan makan
sehari-hari, begitu juga sebaliknya semakin
rendah status ekonomi
seseorang secara tidak langsung akan
mempengaruhi pendapatan serta
mempengaruhi terpenuhinya kebutuhan gizi
selama hamil. “Berdasarkan dari data tersebut diatas, penulis tertarik
untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan Studi Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Hamil Ny. M GIV PII AI Usia Kehamilan
29 Minggu dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas
Pahandut kota Palangka Raya”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan, yaitu bagaimana
asuhan kebidana pada ibu hamil
Ny. M GIV PII AI Usia Kehamilan 29 Minggu
dengan Kekurangan Energi Kronis
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan ibu hamil
pada Ny. M umur 32 tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas
Pahandut Kota Palangka Raya dengan 7 langkah Varney
1.3.2
Tujuan Khusus
a.
Diharapkan mahasiswa
mampu:
1)
Melakukan pengkajian (data subjektif dan data objektif) pada ibu hamil Ny.
M umur 32 tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut
Kota Palangkaraya.
2)
Menginterpretasikan data pada ibu hamil Ny. M umur 32
tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut Kota
Palangkaraya.
3)
Merumuskan diagnosa potensial pada ibu hamil Ny. M
umur 32 tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut
Kota Palangkaraya.
4)
Tindakan segera pada ibu
hamil Ny. M umur 32 tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas
Pahandut Kota Palangkaraya.
5)
Menyusun rencana tindakan pada ibu hamil Ny. M umur 32
tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut Kota
Palangkaraya.
6)
Melaksanakan rencana tindakan pada ibu hamil Ny. M
umur 32 tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut
Kota Palangkaraya.
7)
Mengevaluasi tindakan pada ibu hamil Ny. M umur 32
tahun GIVPIIAI dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Pahandut Kota
Palangkaraya.
b.
Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori
dan kasus nyata di lapangan tentang ibu hamil dengan kekurangan energi Kronis
1.4
Manfaat
1.4.1
Bagi Mahasiswa
Menambah
wawasan dan pengetahuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
faktor resiko kek (lila <23,5).
1.4.2
Bagi Institusi
Kesehatan
Sebagai
bahan kepustakaan mahasiswi Stikes Eka Harap Palangka Raya mengenai asuhan
kebidanan terutama pada ibu dengan KEK.
1.4.3
Bagi Puskesmas
Sebagai bahan pertimbangan dan
masukan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan KEK
selanjutnya yang lebih baik di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Konsep Teori
2.1.1
Definisi ANC
Antenatal care atau pemeriksaan kehamilan merupakan
pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa
nifas, sehingga keadaan
mereka post partum
sehat dan normal (Padila, 2014).
Kunjungan antenatal care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak wanita merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal (Padila, 2014).
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel
telur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum)
betul-betul penuh perjuangan (Saifudin, 2010).
2.1.2
Tujuan Antenatal Care (ANC)
Tujuan antenatal care memantau kehamilan dapat
membantu memastikan ibu dan janin dalam kandungan keadaan baik dan mendeteksi
dini terjadi komplikasi pada ibu selama hamil (Saifuddin, 2010).
Menurut Depkes RI (2010), pelayanan antenatal
merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama
masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pelayanan perawatan kehamilan
merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal care yang sudah
ditetapkan. Sedangkan tujuan pelaksanaan pelayanan antenatal antara lain:
1.
Memantau
kemajuan kehamilan serta memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
2.
Meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta janin
3.
Mengenali secara
dini kelainan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil
4.
Mempersiapkan
persalinan cukup bulan; melahirkan dengan selamat dan mengurangi sekecil
mungkin terjadinya trauma pada ibu dan bayi
5.
Mempersiapkan
ibu untuk menjalani masa nifas dan mempersiapkan pemberian asi eksklusif
6.
Mempersiapkan
peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran dan tumbuh kembang bayi.
2.1.3
Standar
Pelayanan Antenatal Care (ANC)
Pemeriksaan kunjungan ulangan yaitu setiap kunjungan
pemeriksaan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan pemeriksaan antenatal
pertama. Kunjungan ulangan lebih diarahkan untuk mendeteksi komplikasi,
mempersiapkan kelahiran, dan mendeteksi kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik
yang terarah serta 14 penyuluhan bagi ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan yaitu
anamnesa tentang keluhan utama, pemeriksaan umum, obstetrik, laboratorium,
imunisasi TT bila perlu, pemberian obat rutin khusus dan penyuluhan (Depkes RI,
2010).
Standar
asuhan minimal kehamilan termasuk dalam "14T".
1)
Ukur Berat badan
dan Tinggi Badan ( T1 ).
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari
sebelum hamil dihitung dari Trimester I sampai Trimester III yang berkisar antara
9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4
- 0,5 kg tiap minggu mulai Trimester II. Berat badan ideal untuk ibu hamil
sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil. Indeks massa
tubuh (IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan. Ada rumus
tersendiri untuk menghitung IMT yakni :
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm))2
Berikut adalah tabel klasifikasi nilai IMT
Kategori
|
IMT
|
Rekomendasi
(kg)
|
Rendah
|
< 19,8
|
12,5 – 18
|
Normal
|
19,8 – 26
|
11,5 – 16
|
Tinggi
|
26 -29
|
7 – 11,5
|
Obesitas
|
> 29
|
≥ 7
|
Gameli
|
-
|
16 – 20,5
|
Menurut Prawirohadjo (2013), Prinsip dasar yang
perlu diingat: berat badan naik perlahan dan bertahap, bukan mendadak dan
drastis. Pada trimester II dan III perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah
berat badan 0,4 kg. Perempuan dengan gizi kurang 0,5 kg gizi baik 0,3 kg.
Indeks masa tubuh adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan optimal,
yaitu:
a.
20 minggu
pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg
b.
20 minggu
berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
c.
Kemungkinan
penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg.
2)
Ukur Tekanan
Darah (T2)
Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan
berkunjung. Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar
normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal 110/80 - 120/80 mmHg
3)
Ukur Tinggi
Fundus Uteri (T3)
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald
adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di
bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan
gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam
minggu yang dicantumkan dalam HPHT.
4)
Pemberian Tablet
Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg
asam folat yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk
memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan
kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Zat besi ini penting untuk
mengkompensasi penigkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk
memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin.
5)
Pemberian
Imunisasi TT (T5)
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk
membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin
tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) artinya pemberian kekebalan
terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
6)
Pemeriksaan
Hb (T6)
Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara
Talquis dan dengan cara Sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu
hamil pertama kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb
adalah salah satu upaya untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil
7)
Pemeriksaan
Protein urine (T7)
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya
protein dalam urin ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3%
ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema.
Pemeriksaan protein urin ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia.
8)
Pemeriksaan VDRL
(Veneral Disease Research Lab) (T8)
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) adalah untuk mengetahui adanya
treponema pallidum/ penyakit menular seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan
kepada ibu hamil yang pertama kali datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila
hasil tes dinyatakan postif, ibu hamil dilakukan pengobatan/rujukan. Akibat
fatal yang terjadi adalah kematian janin pada kehamilan < 16 minggu, pada
kehamilan lanjut dapat menyebabkan premature, cacat bawaan.
9)
Pemeriksaan
urine reduksi (T9)
Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. bila hasil positif
maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes
Melitus Gestasioal. Diabetes Melitus Gestasioal pada ibu dapat mengakibatkan
adanya penyakit berupa pre-eklampsia, polihidramnion, bayi besar.
10) Perawatan Payudara (T10)
Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu
hamil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6
Minggu.
11) Senam Hamil (T11)
Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil
dalam mempersiapkan persalinan. Adapun tujuan senam hamil adalah memperkuat dan
mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamentum, otot dasar
panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan latihan-latihan kontraksi dan
relaksasi.
12) Pemberian Obat Malaria (T12)
Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria
juga kepada ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai
mengigil dan hasil apusan darah yang positif. Dampak atau akibat penyakit
tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapt terjadi abortus, partus
prematurus juga anemia.
13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)
Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan
Yodium di daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang
manusia.
14) Temu wicara / Konseling ( T14 ).(Pantiawati
& Suryono, 2010).
2.1.4
Jadwal Kunjungan
Asuhan Antenatal Care (ANC)
Melakukan ante natal care sesuai jadwal berfungsi
untuk mengetahui data kesehatan meliputi ibu hamil dan perkembangan janin di
dalam rahim. (Manuaba, 2010).
Menurut Saifuddin, 2010 Kunjungan antenal dilakukan
minimal 4 kali selama kehamilan meliputi :
a.
1 kali kunjungan
saat trimester pertama
b.
1 kali kunjungan
saat trimester kedua
c.
2 kali kunjungan
saat trimester ketiga
Kehamilan
dibagi menjadi 3 trimester meliputi: trimester pertama usia kehamilan sampai 12
minggu, trimester kedua usia kehamilan 13-27 minggu, dan trimester 3 usia
kehamilan 28-40 minggu (Prawirohardjo, 2011).
Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk
menjamin terhadap perlindungan ibu hamil dan janin, berupa deteksi dini faktor
risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes RI,
2013).
2.1.5
Definisi KEK
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu
keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (Kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan
pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Helena, 2013).
Menurut Depkes RI (2007) dalam Program Perbaikan
Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana
penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada
wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).
2.1.6
Etiologi KEK
Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan
gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein
(untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang Kronis
disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau
makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori
dan protein dalam jumlah yang cukup, atau disebabkan menderita muntaber atau
penyakit kronis lainnya. Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa
jenis zat gizi yang dibutuhkan.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan
zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah
atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan
digunakan untuk tubuh (Helena, 2013)
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu
maupun janin yang dikandungnya yaitu meliputi:
a.
Akibat KEK pada
ibu hamil yaitu :
1)
Terus menerus
merasa letih
2)
Kesemutan
3)
Muka tampak
pucat
4)
Kesulitan
sewaktu melahirkan
5)
Air susu yang
keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi
b.
Akibat KEK saat
kehamilan terhadap janin
1)
Keguguran
2)
Pertumbuhan
janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
3)
Perkembangan
otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya kecerdasaan anak kurang, bayi
lahir sebelum waktunya (Prematur)
4)
Kematian bayi
c.
Akibat KEK pada
saat pesalinan
1)
Persalinan sulit
dan lama
2)
Perdarahan
3)
Persalinan
sebelum waktunya (Premature) (Helena, 2013)
2.1.7
Patofisiologis
Kebutuhan nutrisi meningkat selama hamil. Masukan
gizi pada ibu hamil sangat menentukan kesehatannya dan
janin yang dikandungnya.
Kebutuhan gizi pada masa kehamilan berbeda dengan masa sebelum hamil,
peningkatan kebutuhan gizi hamil sebesar 15%, karena dibutuhkan untuk
pertumbuhan rahim, payudara, volume darah, plasenta, air ketuban, dan
pertumbuhan janin (Lubis, 2013).
Di dalam
kehamilan kebutuhan akan
zat-zat makanan bertambah dan
terjadi perubahan-perubahan anatomi
fisiologi. Tambahan zat besi diperlukan sekitar 800 mg untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah dan pembentukan sel darah merah pada janin
dan plasenta (Wiknjosastro, 2012). Cakupan gizi pada ibu hamil dapat diukur
dari kenaikan berat badan ibu hamil tersebut. Kenaikan berat badan ibu hamil
antara 6,5 kg sampai 16,5 kg, rata-rata 12,5 kg. Terutama terjadi dalam
kehamilan 20 minggu terakhir (Winknjosastro, 2012)
2.1.8
Tanda dan Gejala
KEK
1)
Tanda-tanda KEK
menurut Sediaoetomo (2012), meliputi:
a)
Lingkar lengan
atas (LILA) kurang dari 23,5 cm.
b)
Badan Kurus (BB
tidak sesuai dengan tinggi badan)
c)
Turgor kulit
kering
d)
Conjungtiva
pucat
e)
Tensi kurang
dari 100 mmHg
f)
Hb kurang dari
normal (<11gr%)
2)
Gejala KEK
menurut Winkjosastro (2012), meliputi:
a)
Nafsu makan
kurang
b)
Mual
c)
Badan lemas
d)
Mata
berkunang-kunang
2.1.9
Faktor-faktor
yang mempengaruhi KEK
1)
Faktor Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, pembuatan dan cara
mendidik. Kemahiran menyerap pengetahuan akan meningkat sesuai dengan
meningkatnya pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan
sikap seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya.
2)
Faktor Biologis
a.
Usia Ibu Hamil
Melahirkan
anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/anak
yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu, Karena pada ibu yang terlalu
muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan
ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal
yang terjadi selama kehamilan Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari
20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil
akan lebih baik.
b.
Jarak Kehamilan
Jarak
melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah
dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk
memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan
keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan
menimbulkan masalah gizi ibu dan janin yang dikandung.
3)
Faktor Pola
Konsumsi
Upaya
mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan
penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui
produksi pangan dalam negeri yaitu upaya pertanian dalam menghasilkan bahan
makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Pola konsumsi ini
juga dapat mempengaruhi status kesehatan ibu, dimana pola konsumsi yang kurang
baik dapat menimbulkan suatu gangguan kesehatan atau penyakit pada ibu.
4)
Faktor Perilaku
Faktor
perilaku ini terdiri dari kebiasaan yang sering dilakukan ibu diantaranya yaitu
kebiasaan merokok dan mengkonsumsi cafein. Kafein adalah zat kimia yang berasal
dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan system syaraf. Kafein bukan merupakan
salah satu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, karena efek yang ditimbulkan
kafein lebih banyak yang negative daripada positifnya, salah satunya adalah
gangguan pencernaan. Dengan adanya gangguan pencernaan maka akan menghambat
penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan janin
2.1.10
KEK Pada Ibu
Hamil
Kondisi kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu
hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara
lain meningkatkan resiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran
premature, kematian pada ibu dan bayi baru lahir, gangguan pertumbuhan anak,
dan gangguan perkembangan otak. Tidak jarang kondisi KEK pada ibu hamil menjadi
penyebab utama terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang
merupakan faktor kematian utama ibu (Manuaba, 2010).
Malnutrisi bukan hanya melemahkan fisik dan
membahayakan jiwa ibu, tetapi juga mengancam keselamatan janin. Ibu yang
berisikeras hamil dengan status gizi buruk, berisiko melahirkan bayi berat
badan lahir rendah 2-3 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan status gizi
baik. Kebutuhan gizi pada ibu hamil meliputi:
1)
Energi
Dihasilkan
dari karbohidrat, protein dan zat patinya. Kebutuhan energi dihitung secara individu kemudian ditambah
dengan tambahan energi untuk ibu hamil sesuai dengan usia kehamilan. Penambahan
energi :
a.
Trimester I : 100 kalori
b. Trimester II :
300 kalori untuk pemekaran jaringan ibu (peningkatan volume darah, pertumbuhan
uterus dan payudara, penumpukan lemak)
c. Trimester III : 300 kalori untuk pertumbuhan janin
dan plasenta.
2)
Protein
Ibu
hamil membutuhkan protein lebih banyak dari biasanya. Protein hewani lebih
besar di bandingkan protein nabati. Ibu hamil minimal mengkonsumsi 17 gram
protein/hari. Total kebutuhan protein tidak lebih dari 15% kebutuhan energi.
Jenis protein dengan nilai tinggi antara lain: daging, ikan, telur, tahu,
tempe, kacang-kacangan, biji-bijian, susu, yogurt, dll.
3)
Vitamin
Ada
beberapa jenis vitamin yang penting untuk ibu hamil. Jika ibu hamil sampai
kekurangan vitamin, pembentukan sel-sel tubuh anak akan berkurang. Anak dapat
kurang darah, cacat bawaan, kelainan bentuk, bahkan ibu dapat keguguran.
Vitamin yang dibutuhkan ibu hamil adalah B6, C, A, D, E dan K
4)
Kalsium
Kalsium
Sangat penting karena dibutuhkan untuk pembentukan tulang. Apabila kekurangan
kalsium, bayi yang dikandung akan menderita kelainan tulang dan gigi.
Dibutuhkan untuk pertumbuhan janin sekitar 250mg/hari dan untuk persediaan si
ibu. Sumber utama: susu ibu hamil
5)
Fosfor
Mineral
ini dapat diperoleh dari makanan sehari – hari. Fosfor berhubungan erat dengan
kalsium. Jika jumlahnya tidak seimbang di dalam tubuh, dapat terjadi gangguan.
Gangguan yang paling sering adalah kram pada tungkai kaki
6)
Zat Besi
Sel
darah merah ibu hamil bertambah sampai 30mg/hari. Berarti, ibu hamil
membutuhkan tambahan 700 – 800 mg zat besi. Kebutuhan zat besi ibu hamil
meningkat pada kehamilan trimester II dan III. Zat besi Berasal dari makanan
& suplementasi tablet Fe. Defisiensi Fe lebih berpengaruh pada ibu yang
akan menyebabkan kekurangan Hb dalam darah yang diperlukan untuk membawa O2
kepada janin dan sel ibu hamil.
7)
Yodium
Yodium
cukup diperoleh dari air minum dan sumber bahan makanan laut.
Kebutuhan : 200mikrogram/hari
Sumber
utama : garam, makanan laut,
air, sayur.
8)
Asam Folat
Asam
folat dibutuhkan untuk pembentukan sel baru, membantu mengembangkan sel syaraf
dan otak janin. Kebutuhannya 0,4 mg/hari Sumber asam folat adalah hati,
sayuran, hijau, jeruk orange, kembang kol, kedelai/kacan-kacangan, roti,
gandum, sereal, dll
9)
Zat Seng (Zinc)
Dari
beberapa studi dilaporkan bahwa ibu hamil yang memiliki kadar zat seng rendah
dalam makanannya berisiko melahirkan prematur dan melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah. Sedangkan suplementasi zat seng tidak didapatkan kejelasan
mengenai keuntungan mengkonsumsi seng dalam jumlah yang lebih tinggi. Namun
mengkonsumsi zat seng dalam jumlah cukup banyak merupakan langkah antisipatif
yang dapat dilakukan. Zat seng dapat ditemukan secara alami pada daging merah,
gandum utuh, kacang-kacangan, dan
beberapa sereal sarapan. Pada umumnya, wanita tidak membutuhkan tambahan
suplemen (Manuaba, 2010)
2.1.11
Penanganan KEK
Pada Ibu Hamil
1)
KIE tentang KEK
dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana menanggulanginya
2)
Kondisi KEK pada
ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia kehamilan mencapai 16
minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan
dipadukan dengan penerapan Porsi Kecil tapi Sering, pada faktanya memang
berhasil menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200 – 450 Kalori
dan 12 – 20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan gizi janin.
3)
Konsumsi tablet
Fe selama hamil.
4)
Kebutuhan bumil
terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan perubahan
fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi proses
hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan
mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah. Pada keadaan normal hal tersebut
dapat diatasi dengan pemberian tablet Fe, akan tetapi pada keadaan gizi kurang
bukan saja membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan
zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan
protein hewani serta tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan
serta protein nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia
besi.
2.2
Konsep manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil
Trimester III Dengan Kekurangan Energi Kronis dalam 7 langkah varney
Dalam
menerapkan manajemen kebidanan, seorang bidang harus lebih kritis dalam
mengantisipasi diagnosis atau masalah yang mungkin muncul. Terkadang, bidan
juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan masalah tertentu atau mungkin
melakukan kolaborasi, konsultasi
bahkan merujuk kliennya. Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen
kebidanan menjadi 7 langkah. Ia menambahkan langkah III agar bidan lebih kritis
dalam mengantisipasi masalah yang mungkin akan dialami kliennya
(Hj.Saminem,2010)
2.2.1
Langkah I :
pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap, yaitu :
a.
Riwayat
kesehatan
b.
Pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhannya
c.
Meninjau catatan
terbaru atau catatan sebelumnya
d.
Meninjau data
laboratorium dan membandingkanya dengan hasil studi
Pada tahap ini, bidan mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari berbagai sumber. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang
lengkap tentang kondisi klien. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter, bidan akan melakukan konsultasi melalui upaya
manajemen kolaborasi. Pada kondisi tertentu, langkah pertama dapat tumpang
tindih dengan langkah ke-5 dan ke-6 (atau menjadi bagian langkah tersebut)
karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostik yang lain. Terkadang bidan perlu memulai manajemen dari
langkah ke-4 untuk memperoleh data dasar awal yang perlu disampaikan kepada
dokter.
2.2.2
Langkah II :
Interpretasi data dasar
Pada tahap ini, bidan mengidentifikasi diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien secara cepat berdasarkan interprestasi data
yang akurat. Data dasar yang telah dikumpulkan kemudian di interprestasikan
sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Kata masalah dan
diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan
layaknya diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan yang tertuang dalam sebuah
rencana asuhan bagi klien. Masalah sering kali berkaitan dengan pengalaman wanita
yang diindentifikasi oleh bidan sesuai dengan arahan. Masalah ini sering kali
menyertai diagnosis. Sebagai contoh, diperoleh diagnosis kemungkinan wanita
hamil, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosis ini adalah bahwa wanita
tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada
trimester III merasa takut menghadapi proses persalinan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam katagori “nomenklatur
standar”, tetapi tentu akan menghadirkan masalah yang memerlukan pengkajian
lebih lanjut dan perencanaan untuk mengurangi rasa takut tersebut.
2.2.3
Langkah III :
Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah
atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
sudah diidentifikasi sebelumnya. Langkah ini membutuhkan upaya antisipasi, atau
bila memungkinkan upaya pencegahan, sambil mengamati kondisi klien. Bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar
terjadi.
Langkah ini sangat penting dalam memberikan asuhan
yang aman bagi klien. Mari kita liat contoh kasus seorang wanita yang mengalami
pemuaianuterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan
penyebab pemuaian yang berlebihan tersebut (mis., polihidramnion, besar dari
masa kehamilan, ibu dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar).
Kemudian, bidan harus melakukan langkah antisipasi dan membuat perencanaan
untuk mengatasi kondisi tersebut dan bersiap-siap terhadap kemungkinan
pendarahan pascapartum tiba-tiba akibat atonia uteri yang disebabkan pemuaian
uterus yang berlebihan. Pada kasus persalinan dengan bobot bayi besar, bidan
sebaiknya melakukan antisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan distosia
bahu dan perlunya tindakan resusitasi.
Bidan sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita
menderita infeksi saluran kemih yang menyebabkan tingginya resiko kelahiran
prematur atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan
mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan
laboratorium, dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kemih terjadi.
2.2.4
Langkah IV :
Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Pada tahap ini, bidan mengidentifikasi
perlu/tidaknya tindakan segera oleh bidan maupun oleh dokter, dan/atau kondisi
yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat mencerminkan kesinambungan
proses manajemen kebidanan. Dengan kata lain, manajemen bukan hanya dilakukan
selama pemberian asuhan primer berkala atau kunjungan pranatal saja, tetapi
juga selama wanita tersebut bersama bidan, misalnya pada waktu persalinan.
Pada tahap ini, bidan dapat mengumpulkan dan
mengevaluasi sejumblah data baru. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi
yang gawat yang mengharuskan bidan mengambil tindakan segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (mis, perdarahan kala III atau perdarahan segera
setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang
dikumpulkan, akan terlihan mana situasi yang memerlukan tindakan segera dan
mana yang harus menunggu intervensi dari
dokter (mis., prolaps tali pusat). Situasi lainnya bisa saja bukan merupakan
kondisi kegawatan, tetapi memerlukan konsultasi
atau kolaborasi bersama dokter. Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda
awal pre-eklampsia, kelainan panggul, penyakit jantung, diabetes, atau masalah
medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter.
Dalam kondisi tertentu, seorang wanita mungkin akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi bersama dokter atau tim kesehatan lainya,
seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
Bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada
siapa upaca konsultasi dan kolaborasi paling tepat dilakukan dalam manajemen
asuhan kebidanan.
2.2.5
Langkah V :
Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada tahap ini, bidan merencanakan asuhan menyeluruh
yang ditentukan menurut langkah-langkah sebelumnya. Tahap ini merupakan
kelanjutan manajemen diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi sebelumnya, dan bidan dapat segera melengkapi informasi/data yang
tidak lengkap.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut,
seperti yang apa diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah yang
berkaitan dengan kondisi sosial-ekonomi, budaya, atau psikologis.
Dengan kata lain, asuhan bagi wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana
asuhan harus sudah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dank lien,
agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari
pelaksanaan rencana tersebut. Oleh sebab itu, tugas bidan dalam tahap ini
adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama
klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan
teori yang up-to-date serta sesuai
dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien. Rasional
berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan
pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang
lengkap dan bisa dianggap valid, sehingga menghasilkan asuhan klien yang
lengkap dan tidak berbahaya.
2.2.6
Langkah VI :
Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan
lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya (mis., memastikan agar langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana). Dalam upaya kolaborasi bersama dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan
menghemat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien
2.2.7
Langkah VII :
Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini, bidan mengevaluasi
keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini mencakup evaluasi tentang
pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan masalah
dan diagnosis yang telah teridentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif apabila memang telah dilaksanakan secara efektif. Bisa saja sebagian
dari rencana tersebut telah efektif, sedangkan sebagian lagi belum. Mengingat
manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu kontinum, bidang perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen
untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tersebut tidak efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan. Langkah-langkah pada proses
manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang
memengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Proses manajemen
tersebut berlangsung didalam tatanan klinis, dan dua langkah terakhir
bergantung pada klien dan situasi klinik, oleh sebab itu, tidak mungkin proses
manajemen ini dievaluasi hanya dalam bentuk tulisan saja
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1
PENGKAJIAN
DATA
Hari/Tanggal : Selasa, 03 April 2018
Pukul : 09.15 WIB
3.1.1 Data
Subektif
1. IDENTITAS/BIODATA
Nama
Ibu : Ny. M Nama
Suami : Tn. S
Umur : 32 Tahun Umur : 34 Tahun
Suku/Bangsa : Banjar/WNI Suku/Bangsa : Banjar/WNI
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat
Rumah : Jl.
Plamboyan Alamat Rumah : Jl. Plamboyan
Tepon : 0853***** Telepon : 0853******
2. Kunjungan
Ke- 4
3. Alasan
Kunjungan/keluhan utama:
Kontrol
Kehamilan
4. Riwayat
Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus
menstruasi : 30 hari
(teratur/tidak teratur)
c. Lama : 4-5 hari
d. Banyak
darah : 2-3 kali ganti pembalut
e. Konsistensi : Encer
f. Dymenorhea : ya/tidak
(sebelum/selama/sesudah menstruasi)
g. Fluor albus : ya/tidak
(sebelum/selama/sesudah menstruasi)
h. HPHT : 09 – September - 2017
i.
TPL : 16 – Juni – 2018
5. Status
Perkawinan
a. Kawin : ya/tidak jika
kawin berapa kali : 1
b. Lama
perkawinan : 13 tahun
6. Riwayat
Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
No
|
suami
ke
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Nifas
|
Anak
|
KB
|
|||||||
umur
|
Pnylit
|
Penol
|
Jenis
|
Tempt
|
pylt
|
penylt
|
JK
|
BB
|
PB
|
H/M
|
|||
1
|
1
|
37
|
-
|
Dukun
|
Spt
|
Rumah
|
-
|
-
|
♂
|
3600
|
50
|
H
|
|
2
|
1
|
20
|
-
|
Abortus
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
1
|
37
|
-
|
Dukun
|
Spt
|
Rumah
|
-
|
-
|
♂
|
3400
|
49
|
H
|
|
4
|
|
H
|
A
|
M
|
I
|
L
|
I
|
N
|
I
|
|
|
|
|
7. Riwayat
Kehamilan Sekarang
a.
Hamil yang ke 4 dengan usia kehamilan 30 minggu.
b.
Gerak anak dirasakan pertama kali pada
usia kehamilan 20 minggu
·
Selama hamil memeriksanakan kehamilan di
PKM berapa kali 4 kali
·
Keluhan yang di rasakan selama hamil ini
:
Trimester I : Mual
Trimester II : Ambien
Trimester III : Tidak ada
8. Riwayat
Kesehatan
Penyakit
yang pernah atau sedang diderita:
Penyakit
|
Klien
|
Keluarga
|
Jantung
|
Tidak ada
|
Tidak
ada
|
Hipertensi
|
Tidak ada
|
Tidak
ada
|
Heper/hepatitis
|
Tidak ada
|
Tidak
ada
|
Diabetes
melitis
|
Tidak ada
|
Tidak
ada
|
Anemia
ringan/sedang/berat
|
Tidak ada
|
Tidak
ada
|
PHS
dan HIV/AIDS
|
Tidak ada
|
Tidak
ada
|
Campak
|
Tidak ada
|
Tidak
ada
|
Malaria
|
Tidak ada
|
Tidak
ada
|
Tuberkulosis
(TBC)
|
Tidak ada
|
Tidak
ada
|
Keturunan
kembar : Tidak ada
Dari
pihak siapa : Tidak ada
9. Riwayat
Psikososial
a. Kehamilan
ini [ √ ] Direncanakan [ ]Tidak direncanakan [ ]
diterima [ ] tidak diterima
b. Perasaan
tentang kehamilan ini : Senang
c. Emosional
ibu saat pengkajian : [ √ ] stabil [ ] labil
d. Jenis
kelamin yang diharapkan : [ √ ] ♀ [ √ ] ♂
e. Susunan
keluarga/genogram :
:
Laki-laki
f. Perilaku
kesehatan : Merokok [ ] ya [
√ ] tidak
Alkohol [ ] ya [ √ ] tidak
Narkoba [ ] ya [ √ ] tidak
Obat/jamu [ ] ya [ √ ] tidak
g. Ibadah/spiritual : Patuh/tidak
patuh
h. Tempat
dan petugas yang diinginkan untuk bersalin : PKM
10. Riwayat
KB
[ √ ] pernah [ ]
belum pernah
Mulai KB : - Jenis
KB : PIL
Lama Memakai : - Kapan
Berhenti : -
Alasan Berhenti : -
11. Pola
Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola
nutrisi
Makanan
Sebelum hamil : 2-3x/hari Menu:
Nasi, lauk, pauk
Selama hamil : 3x/hari Menu: Nasi, lauk, pauk
Minum
Sebelum hamil : 7 Gelas/hari
Selama hamil : 7-8 Gelas/hari
b. Pola
Eliminasi
BAK
Sebelum hamil : ±
3x/hari warna : Kuning jernih
Selama
hamil : ± 3 x/hari warna : Kuning
jernih
BAB
Sebelum
hamil : 1x/hari warna : Kecoklatan
Selama
hamil : 1x/hari warna : Kecoklatan
c. Pola
istirahat dan tidur
Sebelum
hamil : Tidur siang : 1-2 jam/hari Tidur malam : 6-7 jam/hari
Selama
hamil : Tidur siang : ± 1
jam/hari Tidur malam : ± 7
jam/hari
d. Pola
katifitas
Sebelum
hamil : Mengerjakan pekerjaan rumah
Selama
hamil : Mengerjakan pekerjaan rumah
e. Personal
Hygiene
Mandi : 2 x/hari Keramas : 1 x/hari
Gosok
gigi : 2 x/hari Ganti pakaian dalam : 3-4 x/hari
f. Seksualitas : Tidak dikaji
12. Riwayat
Imunisasi
Imunisasi
: TT :
[√ ] pernah [ ] belum pernah
Tanggal
: TT I :
TT 2 : TT3 : TT4
: TT5 :
3.1.2 DATA
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan
umun
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tekanan
darah : 110/70 mmHg
c. Suhu : 36,6 OC
d. Nadi : 82 x/menit
e. RR : 22 x/menit
f. BB
(Pertama Periksa) : 42 Kg
g. BB
(Kunjungan ke-2) : 44 Kg
h. BB
(Kunjungan ke-3) : 47 Kg
i. BB
(Saat Periksa) : 47 Kg
j. TB : 146 cm
k. Lingkar
lengan atas : 22 cm
2. Pemeriksaan
Khusus
a. Kepala : Warna hitam, bersih,
distribusi merata
b. Muka : Tidak oedem, tidak
pucat
c. Mata : Conjungtiva merah
muda, sklera putih
d. Mulut
dan gigi : Tidak ada Karies
e. Hidung : Simetris, tidak ada
Secret
f. Telinga : Simetris, tidak ada
Serumen, kemampuan pendengaran baik
g. Leher : Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran KGB.
h. Axila : Tidak ada pembesaran
KGB
i. Dada : Pergerakan dada
reguler
j. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi,
linea nigra, striae tidak ada
Leopold
I : TFU 3 jari diatas pusat (28 cm) bagian fundus teraba
lunak, kurang bundar, kurang melenting (bokong)
Leopold
II : Bagian kanan perut
ibu teraba keras memanjang seperti papan (Pu-ka)
Leopold
III : Bagian bawah ibu
teraba keras, bundar, melenting (kepala) kepala belum masuk PAP
Leopold
IV : kepala belum masuk PAP (konvergen) 5/5
TBBJ : 2480 gram
DJJ : 142 x/Menit
Pembesaran
Liver : Tidak ada
Pembesaran
Limpa : Tidak ada
k. Genetalia : Tidak diperiksa
l.
Anus :
Tidak diperiksa
m. Ekstrimitas : Tidak ada oedem, Refleks
patella +/+
n. Punggung : Normal
3. Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Pemeriksaan
Laboratorium
Tanggal : 03
– 04 - 2018
Darah : Golongan darah : O
HB :
8,1 g/dl
Urine : protein Urine :
(-)
Glukosa urine :
Normal
b.
Pemeriksaan
penunjang lainnya :
HbsAg : Non
reaktif
Syhfilis :
Non reaktif
3.2
INTERPRETASI
DATA
1. Data
subjektif (Ds)
- Kontrol
Kehamilan
- Hamil
anak ke empat dan pernah keguguran
- HPHT
09 – 09 - 2017
2. Data
Objektif (Do)
- K/u : Baik BB : 47 kg LILA: 22 cm
-
Kesadaran : Composmentis TB : 146 cm TPL:
16 – 06 - 2018
-
TTV :
TD : 110/70 mmHg R : 22x/menit
N : 82x/menit S : 36,6 °C
- Wajah : Tidak odem, tidak pucat
- Mata : Conjungtiva merah muda, sklera
putih
- Abdomen :
- Leopold
I : TFU 3 jari diatas pusat (28 cm)
bagian fundus teraba lunak, kurang bundar, kurang melenting (bokong)
- Leopold
II : Bagian kanan perut ibu teraba keras memanjang seperti papan
(Pu-ka)
- Leopold
III : Bagian bawah ibu teraba keras, bulat, melenting (kepala)
kepala belum masuk PAP
- Leopold
IV : kepala belum masuk PAP
(konvergen)
- DJJ : 142 x/menit
- TBBJ : 2480 gram
-
Ekstremitas : Refleks Patella +/+
3. Diagnosa
(Dx)
GIV PII AI hamil 29
Minggu dengan Kekurangan Energi Kronis
3.3
DIAGNOSA
POTENSIAL
Bahaya bagi janin
- BBLR
- Prematur
- Kelainan
Janin
- Kematian
bayi
Bahaya Bagi ibu
- Terus
menerus merasa letih
- Pesalinan
lama dan sulit
- Air
susu yang keluar tidak cukup
- Perdarahan
saat melahirkan
3.4
TINDAKAN
SEGERA
Kolaborasi dengan dokter
Kolaborasi dengan dokter
KIE Pemberian
makan tambahan supaya kebutuhan gizi ibu dan janin tercukupi
3.5
INTERVENSI
1.
Beritahu hasil
pemeriksaan kepada ibu
2.
Beritahu tentang
KEK kepada ibu
3.
Beritahu
ibu tentang
makanan yang bergizi selama kehamilan
4. Anjurkan ibu
istirahat yang cukup
5. Beritahu ibu tentang bahaya kehamilan trimester III
6. Beritahu
ibu tentang bahaya saat persalinan pada ibu hamil dengan KEK
7. Anjurkan ibu bersalin ditenaga kesehatan
8.
Berikan roboransia
9. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau sewaktu-waktu jika ada keluhan
3.6
IMPLEMENTASI
1.
Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
yaitu:
TTV: TD: 110/70 mmHg N: 82x/m R: 22x/m S: 36,6 °C
LILA: 22 cm
Keadaan janin
baik DJJ 142x/menit, keadaan ibu dengan KEK
2.
Memberitahu ibu tentang KEK yaitu salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu
menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (Kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu ditandai dengan ukuran LILA
< 23,5 cm
3.
Menganjurkan
ibu untuk makan 3x sehari dalam porsi sedikit tapi sering serta makan makanan bergizi seperti buah dan sayur,banyak
minum dan mengurangi konsumsi daging, ikan, telur, tahu, tempe,
kacang-kacangan, biji-bijian, susu, dll. Agar terjadi penambahan berat badan
dan penambahan ukuran LILA
4.
Menganjurkan ibu
untuk istirahat yang cukup dan mengurangi
aktivitas yang bisa membuat ibu kelelahan
5.
Memberitahu
tanda bahaya kehamilan Trimester III yaitu perdarahan, janin tidak bergerak, bengkak
pada wajah, kaki dan tangan, sakit kepala hebat, ketuban pecah sebelum
waktunya.
6.
Memberitahu bahaya saat persalinan pada
ibu hamil dengan KEK yaitu bisa terjadi perdarahan, lahir prematur, BBLR,
persalinan lama dan sulit, lahir bayi dengan cacat bawaan.
7.
Menganjurkan ibu
untuk
bersalin di tenaga kesehatan yaitu di
puskesmas, di bidan praktik ataupun di rumah sakit
8.
Memberikan roboransia yaitu, tablet
Fe 500 mg 1 x 1, vit C 250 mg 1 x 1, Kalk 250 mg 1 x 1 tablet dan beritahu cara
minumnya.
9.
Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1
bulan
lagi atau jika ada keluhan
3.7
EVALUASI
1.
Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2.
Ibu mengerti tentang KEK
3.
Ibu mengerti tentang makanan yang bergizi
selama kehamilan.
4.
Ibu bersedia istirahat yang cukup
5.
Ibu mengetahui tanda bahaya trimester
III
6.
Ibu mengetahui bahaya saat persalinan
pada ibu hamil dengan KEK
7.
Ibu bersedia bersalin di tenaga
kesehatan
8.
Ibu sudah merima reboransia
9.
Ibu bersedia kunjungan ulang atau
sewaktu-waktu jika ada keluhan.
CATATAN PERKEMBANGAN 1
Hari/Tanggal
|
Catatan
Perkembangan
|
04 April 2018
|
S : Tidak ada keluhan
O : K/u: Composmentis
TD :
110/70 mmHg
N
: 80x/menit
RR
: 22x/menit
S
: 36,4°C
LILA : 22 cm
- Mata : Conjungtiva
merah muda, sklera putih
- Leher
: Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
- Abdomen
:
- LI : TFU 3 jari diatas pusat (28 cm) bagian
fundus teraba lunak, kurang bundar, kurang melenting (bokong)
-
LII : Bagian kanan teraba keras,
memanjang seperti papan (Pu-Ka)
- LIII : Bagian bawah
ibu teraba keras, bulat, melenting
(kepala)
- LIV : Kepala belum masuk
PAP (konvergen)
A : Ny. M usia 32 tahun GIVPIIAI UK 29
Minggu dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK)
P :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada
ibu
E/ Ibu mengetahui
hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada ibu tentang makan
makanan yang bergizi
E/
Ibu mengerti tentang makan makanan yang bergizi
3. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda
bahaya pada trimester III
E/ Ibu mengerti tentang tanda bahaya
trimester III
4. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang
atau jika ada keluhan ke puskesmas
E/ Ibu bersedia
kunjungan ulang ke puskesmas
|
CATATAN PERKEMBANGAN 2
Hari/Tanggal
|
Catatan
Perkembangan
|
06 April 2018
|
S : Tidak ada keluhan
O : K/u: Composmentis
TD
: 110/60 mmHg
N
: 80x/menit
RR
: 22x/menit
S : 36,4°C
LILA : 22,5 cm
- Mata : Conjungtiva
merah muda, sklera putih
- Leher
: Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
- Abdomen
:
- LI : TFU 4 jari diatas pusat (29 cm) bagian
fundus teraba lunak, kurang bundar, kurang melenting (bokong)
-
LII : Bagian kanan teraba keras,
memanjang seperti papan (Pu-Ka)
- LIII : Bagian bawah
ibu teraba keras, bulat, melenting
(kepala)
- LIV : Kepala belum masuk
PAP (konvergen)
A : Ny. M usia 32 tahun GIVPIIAI UK 30
Minggu dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK)
P :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada
ibu
E/ Ibu mengetahui
hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu tentang KEK
E/
Ibu mengerti tentang KEK
3. Menjelaskan kepada ibu tentang makan
makanan yang bergizi
E/
Ibu mengerti tentang makan makanan yang bergizi
4. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda
bahaya pada trimester III
E/ Ibu mengerti tentang tanda bahaya
trimester III
5. Menjelaskan kepada ibu tentang bahaya
persalinan pada ibu hamil dengan KEK
E/
Ibu mengerti tentang bahaya persalian pada ibu hamil dengan KEK
6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang
atau jika ada keluhan ke puskesmas
E/ Ibu bersedia
kunjungan ulang ke puskesmas
|
CATATAN PERKEMBANGAN 3
Hari/Tanggal
|
Catatan
Perkembangan
|
11 April 2018
|
S : Tidak ada keluhan
O : K/u: Composmentis
TD
: 110/60 mmHg
N
: 80x/menit
RR
: 22x/menit
S : 36,3°C
LILA : 22,5 cm
- Mata : Conjungtiva
pucat, sklera putih
- Abdomen
:
- LI : TFU 4 jari diatas pusat (29 cm) bagian
fundus teraba lunak, kurang bundar, kurang melenting (bokong)
-
LII : Bagian kanan teraba keras,
memanjang seperti papan (Pu-Ka)
- LIII : Bagian bawah
ibu teraba keras, bulat, melenting
(kepala)
- LIV : Kepala belum masuk
PAP (konvergen)
- DJJ : 145
A : Ny. M usia 32 tahun GIVPIIAI UK 30
Minggu dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK)
P :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada
ibu
E/ Ibu mengetahui
hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu tentang KEK
E/
Ibu mengerti tentang KEK
3. Menjelaskan kepada ibu tentang gizi
seimbang untuk ibu hamil
E/
Ibu mengerti tentang gizi seimbang bagi ibu hamil
4. Menjelaskan kepada ibu tentang bahaya
persalinan pada ibu hamil dengan KEK
E/
Ibu mengerti tentang bahaya persalinan pada ibu hamil dengan KEK
5. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda
bahaya kehamilan pada trimester III
E/
Ibu mengerti tentang tanda bahaya kehamilan trimester III
6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang
atau jika ada keluhan ke puskesmas
E/ Ibu bersedia
kunjungan ulang ke puskesmas
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan
data subyektif yang diperoleh dari Ny. M usia 32 tahun GIVPIIAI dan dari hasil
pemeriksaan fisik didapat LILA 22,5 cm, conjungtiva merah muda, TD 110/60 mmHg,
berat badan 47 kg. Implementasi yang dilakukan ada tanggal 11 april 2018 pukul
10.30 WIB yaitu memberikan KIE kepada ibu tentang KEK, tentang gizi seimbang
untuk ibu hamil, tentang bahaya persalinan pada ibu hamil dengan KEK, tentang
tanda bahaya kehamilan pada trimester III dan menganjurkan ibu untuk kunjungan
ulang atau jika ada keluhan ke puskesmas.
Kekurangan
Energi Kronis adalah keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau
lebih zat gizi (Helena, 2013). Ibu hamil diketahui menderita KEK
dilihat dari pengukuran LILA, adapun batas LILA ibu hamil dengan resiko KEK di
Indonesia adalah kurang dari 23,5 cm (Depkes RI, 2012). Penanganan pada kasus
KEK yaitu KIE tentang KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana
menanggulanginya, pemberian makanan tambahan, konsumsi tablet Fe selama hamil
serta suplemen vitamin dan zat besi.
Sehingga
telah didapatkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek karena
pemeriksa telah memberikan KIE kepada ibu tentang KEK, tentang gizi seimbang,
dan ibu juga telah mendapatkan makanan tambahan dari puskesmas, pada kunjungan
pertama tanggal 03 april 2018 ibu telah mendapatkan tablet Fe, Vit C, Kalk, dan
masih diminum sampai sekarang.
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
1. Berdasarkan
hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa GIVPIIAI usia kehamilan 30 minggu dengan
KEK.
2. Dari
diagnosa tersebut pemeriksa memberikan KIE pada Ny. M yaitu tentang kekurangan
energi kronis (KEK), Gizi seimbang ibu hamil, bahaya yang akan terjadi pada
saat persalinan, tanda bahaya TM III, serta menganjurkan ibu untuk kunjungan
ulang.
5.2
Saran
1. Bagi
mahasiswa kebidanan
Agar penulis dapat
meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk melakukan asuhan kebidanan pada
ibu hamil sesuai standar profesi kebidanan dan dapat mengatasi kesenjangan yang
terkadang timbul antara teori yang di dapat diperkuliahan dengan praktik yang
nyata di lahan serta dapat mengaplikasikan teori yang didapat dengan
perkembangan ilmu kebidanan terbaru.
2. Bagi
Puskesmas
Untuk bidan maupun
tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat memberikan asuhan yang menyeluruh
serta mendeteksi kelainan secara dini dan mencegah terjadinya komplikasi dalam
masa kehamilan.
5.3
Bagi Institusi
Agar institusi dapat menilai sejauh
mana kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan yang telah didapat dengan
mempraktekkan dan menerapkannya pada pasien klien secara langsung.